Powered by Blogger.

SANDWICH TOAST

Feelings and thoughts of mine


Sekali waktu aku menginginkan keutuhan. Seperti tak hanya kau raih tanganku, namun juga lengkap  kau genggam. Seperti tak hanya kau lihat mataku, namun juga kau tatap dalam dan paham. Seperti tak hanya berbicara, namun juga perlahan kau bawakan kata-kata itu ke dalam kenyataan. Yang sebelum sempat kuharapkan, justru telah kau usahakan.

Tapi sekali waktu akupun merasa cukup hanya dengan menemukan sosokmu dalam pandangan. Seperti tak harus mengunci jemarimu di sela milikku, namun cukup memperhatikan langkahmu ketika aku berjalan di belakang. Seperti tak harus menghabiskan waktu melakukan ini dan itu, namun cukup memandangimu yang sibuk menunduk membalasi pesan-pesan.Yang sebelum sempat kita permasalahkan, justru telah kita damaikan.

Pernah pula aku ingin menjadi hati yang kau jaga dan kau perjuangkan. Yang kau beri nilai dan makna, yang kau hargai pengharapan dan kehidupan. Yang sekalipun tak pernah kau merasa berat untuk mempertahankan. Yang sekalipun tak pernah kau merasa lelah untuk memberi nyaman. Yang sekalipun tak pernah kau merasa salah untuk memprioritaskan. Yang sebelum sempat ku pertanyakan, justru telah kau yakinkan.

Namun pada akhirnya, atas semua angan-anganku dan semua resah-resahku, kebahagiaanmu adalah satu-satunya jawaban untuk apa yang aku butuhkan. Dan pada akhirnya, atas semua ingin-inginku dan semua gundah-gundahku, membiarkanmu memilih hati yang akan kau jaga dan perjuangkan adalah satu-satunya jawaban untuk apa yang harus kulakukan.
September 29, 2018 No comments


Aku pernah bertanya kepada logika, apa yang seharusnya kulakukan jika kau bersiap pergi dan tak berencana untuk kembali. Dengan tenang dan berani ia menatapku, menjawab bahwa semestinya aku juga melakukan hal yang sama.

Lalu, haruskah aku?
August 23, 2018 No comments


Soal semesta yang katanya akan selalu mendukung. Tapi dikirimnya mendung, diberinya murung. Lalu terjun sampai ke perasaan-perasaan yang telah lama terkurung. Tetap saja, bukannya melepaskan pasung, justru membuat rundung hingga ke palung.

Soal semesta yang katanya bisa jadi pendukung. Yang bisa membuatkan pertemuan untuk rindu-rindu yang telah lama ditabung. Tapi, yang ada hanya kecewa-kecewa yang terus merapat, mengembang, dan menggembung. Lalu kita bisa apa, jika memang rekanya tak kunjung terhitung hingga ujung?

Soal semesta yang katanya akan selalu mendukung. Memang ia ternyata tak membantuku membuat waktu denganmu untuk sekedar membiarkan rindu bersenandung atau meluapkan apa yang mengepul di ubun-ubun. Tapi siapa yang tahu, siapa yang tahu, bisa saja semua itu masih dikandung. Yang bisa saja akan ia berikan ketika kau telah selesai merenung, telah cukup siap untuk melindung dan menanggung.

Jadi, bersabarlah jika semesta masih saja membuatmu murung. Bukan maksud ia membuatmu bingung. Percayalah, pada saatnya nanti, ia akan datang berkunjung, memihak, dan mendukung hingga doamu habis terkepung.
August 22, 2018 No comments


Tak ada yang istimewa dari kotamu. Bagiku, ia hanya salah satu di antara kota-kota sibuk, yang membuatmu melupakan tidurmu dan membuatmu merelakan umurmu. Ia tak lebih rapi dari kemeja yang kau pakai di setiap pagimu. Ia juga tak lebih bersih dari sisa makan siang di piringmu. Hanya saja, meski ia sangat membuatmu kelelahan dari pagi hingga pagi lagi, kota itu tetap jadi favoritmu.

Sungguh, tak ada yang menarik di kotamu. Jika bukan karena kau ada disana, sekedar mengunjunginya pun aku tak mau. Sama panasnya dengan Surabaya, sama sempitnya dengan Jakarta, sama sekali tak mirip Jogja yang selalu membuatku rindu. Meski begitu, kau sebut ia tempat pulangmu, kau taruh hatimu disitu.

Mungkin sebenarnya bukan hanya karena kota itu memberimu ruang untuk menjalani kehidupan, kurasa bukan hanya karena itu. Mungkin saja, karena di kota itu selepas petang, akan ada sesimpul senyuman yang meleburkan semua bebanmu. Mungkin saja, karena di kota itu selepas petang, akan ada sepasang telinga yang mendengarkan semua keluhmu. Mungkin saja, karena di kota itu selepas petang, akan ada perempuan yang tak perlu membuatmu menanggung rindu.

Tak ada yang istimewa dari kotamu. Bagiku, kota itu hanyalah kota dimana kau berhasil bahagia, tanpa aku. Dan seperti itulah bagaimana aku mengingat kotamu.
July 30, 2018 2 comments


Di sebuah ruang yang terkunci rapat di dalam sana, di antara tumpukan memori yang memenuhi sudut, ada sebuah folder biru. Folder biru adalah folder favortiku. Dimana duniaku kulipat kecil-kecil dan kumasukkan ke dalam situ. Dimana rekaman-rekaman senyumanmu kukemas hati-hati dan kumasukkan ke dalam situ. Dimana hal-hal sepele tentangmu kukumpulkan sedikit demi sedikit dan kumasukkan ke dalam situ. Dimana sosokmu waktu itu hidup di dalam situ, di dalam dunia kecilku, di sebuah folder biru.

Di sebuah ruang yang berpintu kuat di dalam sana, di samping rak-rak penuh dengan berbagai catatan masa lalu, ada sebuah folder biru. Folder biru adalah folder kesukaanku. Yang akan kudatangi ketika bahkan tempat pensilku mengingatkanku padamu. Yang akan kudatangi ketika bahkan di langit-langit kamarku terlukis wajahmu. Yang akan kudatangi ketika bahkan jalanan malam bersama lirik-lirik lirih bercumbu lalu membuatku merindukanmu. 

Di sebuah ruang dengan jendela lebar-lebar di dalam sana, di bawah lukisan-lukisan yang pernah terekam oleh mataku, ada sebuah folder biru. Folder biru adalah folder yang berisikan tentangmu. Berkali-kali kubersihkan celah-celahnya, berhari-hari kurapikan isinya, bertahun-tahun tetap kurawat tiap rasa yang ada di dalam situ. Tiap kali akan kuambil beberapa kenangan dari situ, kubawa ke kamar, kulihat-lihat sambil kuputarkan lagu kesukaanmu. Tiap hari akan kuambil beberapa memori dari situ, kujadikan mereka air-air yang akan menumbuhkan rindu yang sedang kutanam di matamu. Tiap tahun akan kupanggil ingatan-ingatan dari dalam situ, kukecup satu per satu, lalu kubiarkan mereka perlahan tumbuh menjadi nyata di dunia kecilku itu.
July 24, 2018 No comments


Satu hari di musim penghujan, aku terbangun oleh keheningan yang membusuk di sudut ruangan. Baunya menyengat kuat, menyebar ke langit-langit, mengotori dinding, hingga meredupkan perapian. Yang bisa kulihat hanya dingin, yang bisa kurasa hanya samar dan yang bisa kudengar hanya kesedihan. Tapi aku, yang masih lelah setelah berjuang memahami tiap alasan yang kau berikan, hanya mampu membiarkan. Lalu mencoba kembali lelap, lagi-lagi memaklumi kepedihan.

Satu hari di musim penghujan, aku terbangun oleh kepergian yang menangis di halaman depan. Sedunya menyiksa perasaan, menembus pintu ruang tamu yang terkunci rapat, juga mengusir kebahagiaan yang hanya tersisa di ingatan. Aku hanya menengok dari jendela, tak punya cukup kekuatan untuk menenangkan. Aku hanya ikut menyumbang satu dua tetes air hujan, yang terkumpul jadi satu di mataku karena tak cukup berani untuk memintamu mengubah keputusan. Lalu mencoba kembali terpejam, memaklumi takdir-takdir yang tak sesuai keinginan.

Satu hari di musim penghujan, aku terbangun. Entah karena ketiadaan yang telah tumbuh memenuhi rumah, entah karena kekosongan yang telah menelanku mentah-mentah, entah karena kehilangan yang telah mengambil semua yang ingin kuperjuangkan. Tapi kali ini aku bangun, membukakan pintu, membelai mereka satu per satu dan membiarkan mereka menemaniku melanjutkan kehidupan.
July 19, 2018 No comments


Akan ada seseorang yang mengingat hal-hal kecil yang kau lakukan. Yang mungkin bahkan kau tak menyadarinya, yang mungkin bahkan kau tak lagi mengingatnya. Seperti selukis senyum pada suatu sore di bulan Juni. Yang padahal kau tujukan untuk menyapa kawan lama. Yang lalu kau sambung dengan tawa karena celetukan mereka. Kau pasti sudah lupa, tapi seseorang itu hingga kini mengingatnya.

Akan ada seseorang yang mengingat hal-hal kecil yang kau lakukan. Yang mungkin bahkan tak kau hiraukan, yang mungkin bahkan tak jadi hal besar untuk kau kenang. Seperti sebuah pesan yang kau kirimkan pada malam itu di akhir pertemuan, menawarkan diri untuk mengantar pulang. Yang mungkin sebenarnya hanya sebuah sikap sopan, yang mungkin sebenarnya hanya basa-basi untuk mengisi keheningan. Kau pasti sudah lupa, tapi seseorang itu hingga kini mengingatnya.

Akan ada seseorang yang mengingat hal-hal kecil yang kau lakukan. Yang mungkin bahkan tak penting untuk kembali dibicarakan, yang mungkin bahkan tak perlu dipedulikan. Seperti teduhnya wajahmu yang datang selepas petang di sebuah perpisahan, terduduk tenang, lalu mencoba memulai percakapan. Dengan es krim yang kau jadikan teman untuk menutup kecanggungan. Kau pasti sudah lupa, tapi seseorang itu hingga kini mengingatnya.

Mungkin hal-hal kecil itu tak pernah berarti buatmu. Tapi bagi seseorang itu, seperti itulah bagaimana ia mengingatmu dan lalu merindukanmu.
July 14, 2018 No comments


Sebuah rindu kutanam di matamu. Kuberi pupuk yang kudapat dari memori-memori di masa lalu. Kusiram kemarin dengan lelah-lelahku, kusiram hari ini dengan kesibukanku, kusiram besok dengan kekhawatiranku, kusiram lusa dengan senyumanmu. Tentu saja senyuman yang kudapat dari folder biru.

Sebuah rindu kutanam di matamu. Tiap pagi kukecup pelan-pelan agar tak membangunkanmu. Tiap tengah hari kuajak ia bergandengan sembari bercerita tentangmu. Tiap sore datang kuperdengarkan ia lagu-lagu yang syahdu agar ia tumbuh menjadi rindu yang sangat merindu. Dan tiap langit mulai melukis malam, kubiarkan ia berlama-lama menemanimu. Agar sendirimu tak terlalu sendu.

Sebuah rindu kutanam di matamu. Ia tumbuh perlahan dan mulai merasa nyaman dengan teduhnya tatapanmu. Ia tumbuh pelan-pelan dan mulai merasa enggan meninggalkanmu. Tapi ia juga mengakar dengan kuat hingga mungkin melukaimu. Tapi ia juga mengakar dengan rekat hingga mungkin menyesakkanmu. Hingga mungkin lama-lama membuatmu membenciku.

Sebuah rindu kutanam di matamu. Kupikir ia bisa tumbuh dan membuahkan seikat waktu untuk menatapmu. Kupikir ia bisa memberi kesempatan untuk menyampaikan apa yang perlu kau tahu. Tapi lalu mungkin ia terlalu merepotkan untuk menjadi tamu. Tapi lalu mungkin ia terlalu tak tahu diri untuk menjadi temanmu. Mungkin ia terlalu menyakitkan untuk terus ada disitu.

Sebuah rindu memang kutanam di matamu. Tapi kini ketika kau memilih untuk terpejam, maka hilang pula tempat dan kehidupan untuk rinduku, dan untuk hatiku.
July 13, 2018 No comments


Penyanyi: Elegi
Album: Merayakan Sepi
Pencipta: Elegi


Lirik:

ceritakan sesuatu tentang dirimu
tentang hari-hari lalu yang sempat jadi benalu
tentang lelaki pemalu atau tentang cinta yang engkau tuju

ceritakan sesuatu tentang dirimu
tentang kau sebagai hujan atau sebagai rembulan
tentang benci yang kau simpan atau rindu yang hilang perlahan

ceritakan sesuatu
apapun yang kau mau
adakah namaku dalam tiap lekuk senyummu

ceritakan sesuatu
apapun yang kau mau
adakah pundakku dalam getir air matamu
ceritakan padaku

ceritakan sesuatu tentang dirimu
tentang kiriman yang tak perlu
atau bingkai yang berdebu di bawah tempat tidurmu
mungkin dibias lampu kamarmu

ceritakan sesuatu
apapun yang kau mau
adakah namaku dalam tiap lekuk senyummu

ceritakan sesuatu
apapun yang kau mau
adakah pundakku dalam getir air matamu

ceritakan sesuatu
apapun yang kau mau
adakah namaku dalam tiap lekuk senyummu

ceritakan sesuatu
apapun yang kau mau
adakah pundakku dalam getir air matamu
ceritakan padaku

ceritakan sesuatu tentang dirimu
tentang kabarmu hari ini
--- 
 
Pertama menemukan Elegi tentu saja di feed Youtube karena saya tiap harinya ngeplay lagu-lagu bergenre serupa. Pertama kecantol dengan lagu yang berjudul "Belajar Membenci", yang juga sangat oke. Lalu saya cari info tentang solois satu ini di google dan ternyataaa Elegi melakukan debut album pertamanya pada Desember lalu di Soundcloud. Albumnya bernama Merayakan Sepi. Ada total 12 lagu di album ini dan tentu saja saya suka semuanya hehehe. Suka suaranya, petikan-petikan gitarnya, musiknya, suasananya, liriknya, pokoknya jatuh hati dengan sendu yang diciptakan Elegi. Sangat berharap lagu-lagunya bisa dinikmati lebih banyak orang.

Tanpa perlu waktu yang lama, lagu ini jadi lagu favorit saya. Tidak bosan dan tidak kehilangan kesan syahdunya meski sudah saya putar berpuluh kali. Lagu ini cocok banget untuk para perindu. Rindu pada mereka yang menunggu pulangmu, rindu pada dia yang tak kembali merindu, atau rindu pada siapapun yang belum jadi milikmu. Juga sangat oke untukmu para penanam jarak. Yang terpisah ribuan kilometer, yang terpisah benua, yang terpisah berjam-jam, mungkin terpisah takdir juga hahaha. Pokoknya lagu ini pas untukmu yang sangat ingin tau kabar seseorang itu.

Intinya, langsung saja cus cari lagu ini dan dengarkan yaaa! Siapa tau jadi obat rindu selain bertemu, atau bisa juga... rindu malah makin tak mau diobati :))

June 30, 2018 No comments


Kata orang soal bahagia tak bisa dijawab sepele.

Katanya soal bahagia itu bab paling serius yang sulit ditemukan di buku bestseller sekalipun. Yang penulis dari negara manapun tak bisa merumuskan dan menjabarkannya dengan penjelasan apapun. Yang sulitnya minta ampun, yang perhitungannya tak bisa dihitung.

Kata orang soal bahagia tak bisa dijawab sepele.

Katanya soal bahagia itu soal yang tak pernah diajarkan oleh guru paling pandai sekalipun. Yang lulusan dari negara manapun tak bisa merumuskan dan menjabarkannya dengan penjelasan apapun. Yang rumitnya minta ampun, yang perpecahannya tak bisa dihitung.

Tapi lalu, kau bilang bahagia tak perlu dipersoalkan.

Katamu ia hal paling gampang. Tak usah perlu dicari dan menunggu untuk ditemukan, ia akan datang seketika kau menginginkan. Tak perlu usaha dan perjuangan, sekali kau rasakan ia akan terus tumbuh dan mengenyangkan. Tak harus memiliki semua yang kau inginkan, ia ada di tiap ketidakadaan. Tak melulu tentang menjadi apa dan siapa, ia berada di tiap kau yang memberi nyawa pada kehidupan.

Kau bilang bahagia tak perlu dipersoalkan. 

Maka biarkan begitu aku mempercayai kebahagiaan. Ketika kau adalah bahagiaku, tak akan kutunggu kau datang, biarkan aku memenuhi kehampaan dengan bahagia yang kuciptakan. Tak akan kucari kau hingga kutemukan, biarkan aku dan sendiriku yang ada menjadi pengganti definisi kebahagiaan. Dengan begitu, rasanya soal bahagia terjawab sempurna tanpa membutuhkan selengkap-lengkapnya jawaban.
June 24, 2018 No comments


Hanya satu yang pasti, bahwa waktu akan terus berjalan ke depan. Hanya satu yang abadi, sebuah nama dengan segenggam memori bagi tiap orang. Hanya satu yang tak pernah pergi, yaitu janji di dalam hati entah untuk diri sendiri atau untuk mereka yang kepadamu menghidupkan kehidupan.

Waktu bisa jadi yang membawamu kepada takdir terbaikmu, bisa jadi yang mengantarmu kepada patah hati dan penyesalan-penyesalan. Bisa jadi ia yang menyembuhkanmu, bisa jadi ia yang membuatmu makin bimbang. Juga bisa ia memberimu kesempatan yang baru, juga bisa ia membuatmu tersedu sendirian di palung kehidupan. Hanya saja, tak akan menunggumu menghabiskan dulu letihmu, ia akan terus berjalan ke depan. 

Sebuah nama bisa sangat menghangatkan hati, bisa sangat membuatmu menyesali keputusan. Ia bisa membuatmu memberikan hatimu, ia bisa membuatmu menjadi seonggok tulang dan daging tanpa perasaan. Ia bisa menjadi alasan untukmu hidup dalam senyum, ia bisa menjadi alasan untukmu hidup tanpa pengharapan. Hanya saja, ia akan terus berada disana, tinggal di ruang yang paling kau simpan.

Dan sebuah janji, ah tak perlu dikatakan. Kau tahu sendiri betapa janji adalah setinggi-tingginya sebuah pengabdian. Entah untukmu atau untuk siapa saja, ia akan sama berharganya dengan sebuah kehidupan. Ia tak membuatmu menderita, ia hanya akan membuatmu terus melanjutkan perjalanan. Hingga nanti, hingga janji tak lagi sebuah kewajiban melainkan sebuah tujuan.

Hanya satu yang pasti, bahwa waktu akan terus berjalan ke depan. Hanya satu yang abadi, sebuah nama dengan segenggam memori bagi tiap orang. Hanya satu yang tak pernah pergi, yaitu janji di dalam hati entah untuk diri sendiri atau untuk mereka yang kepadamu menghidupkan kehidupan.
June 22, 2018 No comments



Penyanyi: Angsa dan Serigala
Album: Angsa dan Serigala
Pencipta: Angsa dan Serigala


Lirik:

di awal masa yang lewati hari-hari
dan waktu yang terus bergulir lalui
tak sanggup lagi ku daki bukit ini
ku berhenti

mata hitammu selalu
menyulut senyum tersipu
hasrat terpaku tuk selalu bertemu

kugenggam semua kata
terselimuti dengan asa
hanya ada sebuah rasa kini

dan menarilah hariku
di atas jalan berbatu
lewati semua sepiku dan sendiriku

kau tetap indah malamku
jari jemarimu menyentuh
membelai diriku yang selalu
ingin bersamamu

tak pernah sedikitpun
terbersit olehku
kuingin juga waktu berhenti denganmu

dan menarilah hariku
di atas jalan berbatu
lewati semua sepiku dan sendiriku

kau tetap indah malamku
jari jemarimu menyentuh
membelai diriku yang selalu
ingin bersamamu

menarilah..

menarilah menarilah sendiriku
menarilah menarilah sendiriku
menarilah menarilah sendiriku
menarilah menarilah sendiriku
---
Album self-titled dari Angsa dan Serigala ini sebenarnya udah terlawas hehe kalau nggak salah sudah sejak 2012 gitu. Tapi entah kenapa beberapa hari yang lalu menemukan lagu ini lagi di youtube. Sepertinya keangkat lagi karena lagu ini juga menjadi salah satu original soundtrack film #TemanTapiMenikah.
 
Dari sejak pertama kali dengar lagu Angsa dan Serigala, waktu itu dengar Detik dan Waktu, saya langsung jatuh cinta. Lagu-lagunya super asik, tanpa menye, tapi tetap ngena. Dan lagu ini, Menarilah Sendiriku, ini juaranya. Lagu paling cocok buat saya saat ini yang sedang mencoba mencintai diri sendiri. Hehehe.
 
Mendengar lagu ini, saya seperti ditenangkan. Bahwa menyimpan cinta itu baik, entah itu cinta untuk orang lain atau untuk diri sendiri. Tidak perlu buru-buru menghapus cinta yang mungkin tidak berbalas. Tidak perlu cinta melulu dikaitkan dengan pengharapan untuk memiliki. Tidak perlu juga cinta melulu ditukar dengan pengorbanan. Nikmati saja, tidak perlu panggil orang untuk jadi korban. Cintai saja, tanpa perlu sebut diri sendiri untuk jadi korban. Bukankah cinta sesederhana bahagia? 
 
Meski jalannya berbatu, hari-hari dan malam-malam bisa berlalu dengan istimewa kok. Sendirian tak melulu tentang tak memiliki cinta. Kita bisa baik-baik saja, kita boleh tetap menyimpan cinta, pokoknya nikmati saja. Entah cintamu sekarang untuk orang yang juga mencintaimu, cintamu untuk orang yang tidak mencintaimu, atau cintamu untuk dirimu sendiri, pokoknya nikmati saja. Nikmati saja perasaan itu. Soal berbalas atau tidak, itu urusan hati orang itu. Tapi urusanmu, adalah bagaimana kau mencintai sesederhana kau menciptakan rasa bahagia. Okesip.
 
Intinya, boleh banget mencoba nambah lagu ini ke playlist anda sekalian yaa. Karena lagu ini kayak kamu, seleraku gituu. Hahahahaha. Yasudah, gitu saja. Bye!
June 22, 2018 1 comments


Jadi tak peduli bagaimana ku menaruh waktu untuk menjawab ketukan pintumu, tak peduli bagaimana ku berusaha mengabaikan bunyi loncengmu, tak peduli seperti apa ku melambatkan langkahku menuju padamu, tak peduli seharusnya begini atau begitu, kunci itu hanya satu dan hanya untuk menyambutmu.

Jadi tak usah hiraukan kesulitanku, tak usah pikirkan kekhawatiranku, tak usah pedulikan jatuh dan bangunku, tak usah menoleh karena isak tangisku, tunggu aku dan tetaplah disitu, kau punya kartuku dan aku hanya punyamu.

Jadi jangan coba-coba pergi dan meninggikan pagarmu, jangan salah memahami kenapa ini begini dan itu begitu, jangan menutup celah-celah untukku menatap teduhmu, jangan berubah dan tetaplah menjadi kau, yang hanya melihatku dan menantiku di tempat favoritmu.

Karena kamu cuma satu, begitupun inginku. Kamu.
June 21, 2018 No comments

Perbatasan Republik Uzupis dan Tasha

Republik Uzupis adalah bagian terakhir di Vilnius yang kami kunjungi. Republik Uzupis adalah bercandaan yang cukup lucu namun sekaligus sangat serius. Republik ini merupakan bohemian republik yang ada di Vilnius. Menyeberangi jembatan kecil di atas sungai Vilnia tersebut secara teknis menyatakan bahwa kami berada di republik yang berbeda. Hehehe.

Republik ini punya "aturan dan undang-undang" sendiri, tanggal kemerdekaan sendiri yakni 1 April dan punya logo sendiri. Masuk di area Republik Uzupis ini, fix membuat saya ingat Jogja. Vibe nya, uniknya, senyum orang-orangnya, namun pada saat yang sama juga menunjukkan identitasnya dengan tegas.

THE UZUPIS CONSTITUTION

Tempat pertama di Uzupis yang kami datangi adalah sebuah tembok yang dipenuhi dengan papan logam berisi undang-undang Republik Uzupis dalam 26 bahasa. Kalau membaca undang-undangnya pasti meringis tertawa sekaligus dalam hati bilang "iya juga ya". Menurut saya, undang-undang ini sangat manusiawi dan bikin saya merasa somehow sebenarnya saya punya hak-hak itu juga.

Undang-undang yang saya suka adalah "Everyone has the right to be undistinguished and unkown", "Everyone has the right to understand nothing" dan "Sometimes everyone has the right to be unaware of thier duties". Hehehe.

Sayangnya hari itu lumayan ramai di spot ini, kami hanya mampir sebentar dan saya lupa mengambil foto hehe. 

Sumber Lonely Planet

Dokumentasi Tasha

UZUPIS ANGEL

Tidak jauh dari dinding konstitusi itu, ada satu patung malaikat yang sedang meniup semacam terompet. Patung ini adalah simbol atau maskot dari Republik Uzupis.
Uzupis Angel

Uzupis Angel versi postcard

ART GALLERY DI UZUPIS
 
Karena Republik Uzupis adalah adalah sebuah republik penuh dengan seniman, art gallery maupun art store cukup banyak disini. Salah satu art gallery yang saya kunjungi adalah Uzupis Art Incubator. Di Uzupis Art Incubator, tidak hanya ada gallery namun juga terdapat local shop dan halaman gallery yang juga dijadikan tempat pameran. Sayangnya gallery yang di dalam situ sedang tutup karena waktu itu adalah hari minggu. Akhirnya kami hanya mampir di local shop nya. 

Local shop
Tapi ada yang menarik di tempat ini. Pertama, seperti yang sudah saya kira, pasti isinya souvenir yang desainnya tidak mainstream. Dan benar saja. Saya kalap akhirnya disitu, beli dua postcard dan satu totebag. Hehehe.

Totebag Lithuania

Kedua, saya cukup kaget ketika lagi bayar dan mbak kasir memulai obrolan. Dia menanyakan tentang jilbab. Awalnya dia tanya nama barang yang saya pakai untuk tutup kepala, lalu dia bertanya juga apakah saya baik-baik saja memakai jilbab itu (maksudnya reaksi orang lain bagaimana). 

Sebenarnya sejak saya jalan-jalan di kota tua, saya sudah menyadari sesuatu. Saya tidak menemukan orang lain yang menggunakan jilbab selain saya dan kawan saya. Hari itu, hanya saya dan kawan saya yang keliling kota pakai jilbab hehehe. Sebenarnya ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan situasi di Jerman. Jerman sudah jadi tempat tinggal kedua bagi orang-orang Turki. Juga jadi penampung terbanyak pengungsi Syria juga Afghanistan. Sangat biasa kemana-mana melihat orang berjilbab. Tapi di Vilnius, sebuah ibukota negara yang tidak terlalu jauh juga dari Jerman, tidak ditemukan orang berjilbab.

Obrolan dengan mbak kasir berlangsung cukup lama, dan sejujurnya juga cukup menyenangkan. Saya lebih baik ditanyai begitu secara langsung daripada diliatin dengan tidak santai.

Local shop

Local shop

Hal menarik ketiga di local shop ini adalah kami bisa mendapat cap Republik Uzupis di paspor! Bercandanya serius banget pokoknya.

Cap di paspor


Dan keempat, kami sangat kaget waktu kami bertemu seorang bapak-bapak bule yang memakai baju "Bukit Tinggi" di local shop ini. Setelah mengobrol sedikit, ternyata beliau berasal dari Jerman, tinggal di Malaysia dan Singapura, sering ke Indonesia, dan sedang liburan di Lithuania. Beliau juga menceritakan tentang Bukit Tinggi dan Sumatera yang mlaah belum pernah kami kunjungi. Cukup aneh dan unik memang, tapi gimana lagi ternyata memang ada situasi seperti ini. Hehehe.

NGOPI DI UZUPIS

Setelah membiarkan kulit gosong, kami mampir ke sebuah kedai kopi di Uzupis. Sebenarnya tempatnya biasa saja, seperti kedai kopi di Jogja pada umumnya. Tapi mungkin karena vibenya masih terbawa bahagia, saya sangat menikmatinya.

Mbaknya sadar kamera

Adeknya juga
JALANAN DI UZUPIS

Sebenarnya cukup banyak bangunan unik atau street art yang kami jumpai selama berjalan-jalan di Uzupis. Namun sayangnya kami terlalu menikmati dan akhirnya hanya beberapa yang tersimpan dalam bentuk foto. Hehe.
Jalanan di Uzupis

Jalanan di Uzupis

Jalanan di Uzupis
Jalanan di Uzupis
Sejujurnya di Uzupis inilah saya merasa sangat familiar dengan tempat-tempat dan orang-orangnya. Saya begitu menikmatinya karena benar-benar suasananya mengingatkan saya dengan kota favorit saya: Jogja.

Satu hal lagi. Entah mengapa selepas saya mengunjungi Uzupis ini saya juga merasa familiar dengan diri saya sendiri. Dimulai ketika saya membaca undang-undang Uzupis yang mengingatkan saya bagaimana seharusnya saya hidup: saya hanya perlu menikmatinya. Juga dengan cara mereka menghidupkan Uzupis yang sesuka hati, justru membuat orang nyaman. Saya rasa manusia tidak perlu sempurna dan harus selalu baik-baik saja. Tak perlu menunggu semuanya "teratur pada tempatnya" untuk sekedar bersyukur dan menikmati hidup. 

Perjalanan saya di Vilnius tak hanya membawa saya pulang ke Jogja, tapi juga membuat saya mau kembali melihat diri saya sendiri. Saya sangat bersyukur waktu itu sudah memutuskan membeli tiket pesawat dengan nekatt dan benar-benar datang ke tempat ini. Setidaknya, ada kesempatan saya bisa mendapatkan diri saya lagi.
June 19, 2018 No comments
Saya nggak pernah menyangka akan bisa menemukan suasana-suasana Jogja di tempat sejauh ini. Entah mungkin sekangen itu saya dengan Jogja dan isinya, atau sebenarnya Vilnius memang cukup istimewa juga.

INI BUKAN KM NOL MALIOBORO LHO YA


GEREJA-GEREJA DI KOTA TUA

Pemberhentian pertama kami adalah Vilnius Cathedral. Bangunan luarnya megah dengan enam pilar besar dan tinggi di bagian depan yang setelah saya baca-baca merupakan adopsi dari gaya neoklasik. Di depan katedral terdapat Bell Tower. Pengunjung bisa mendapat pemandangan kota tua ini dari puncak Bell Tower. Namun karena hari itu tutup, jadi saya juga tidak sempat masuk dan membuktikannya.

Ketika kami masuk, sepertinya misa pagi baru saja dilangsungkan. Masih banyak orang yang duduk disana, namun acara sudah selesai. Sebenarnya saya cukup kaget juga melihat isi gereja. Menurut saya ini gereja paling simpel yang pernah saya lihat selama ini. Tidak banyak patung maupun ukiran-ukiran, hanya pilar tinggi dengan lukisan.

Vilnius Cathedral
Sebetulnya logikanya sama. Jika di Indonesia banyak masjid dan mushola karena penduduknya mayoritas muslim, maka tak heran jika disini terlihat gereja dimana-mana karena mayoritas penduduknya memeluk agama katholik. Sama juga ketika tiap masjid memiliki keunikan tersendiri, begitu pun gereja disini. Itulah salah satu alasan kenapa saya suka masuk dan melihat-lihat isi gereja.

St. Jono Church

Bernardine Church
St. Theresa Church
St. Anne Church

FYI, ada 40 gereja di kota Vilnius. Sayangnya, tidak semua gereja yang berada di kota tua pun sempat kami kunjungi karena waktu yang terbatas dan rute yang sudah kami tentukan sebelumnya. Dan jika sebelumnya banyak yang bertanya apakah oke-oke saja bagi kami dua perempuan berjilbab untuk masuk-masuk gereja, maka akan saya jawab: Ya, tidak ada masalah dan tidak ada yang melarang. Kami juga tahu diri kok untuk tidak mengganggu jika ada kegiatan/ibadah yang sedang berlangsung. 

PILIES GATVE

Jalan utama yang kami susuri di kota tua adalah Pilies gatve atau jalan Pilies. Jalan ini khusus untuk pejalan kaki. Kanan kiri terdapat kafe, restoran, toko es krim, juga penjual souvenir. Gang-gang kecilnya minta dilirik, sudut-sudutnya punya sesuatu yang mampu mengundang langkah-langkah kami. Bayangkan saja kurang lebih seperti jalan Malioboro tanpa mobil dan motor melintas. Sayangnya kurang band angklung ala Malioboro.

Salah satu warung wine

Sebenarnya saya memang lebih menikmati jalan-jalan yang seperti ini, yang santai bagai di pantai. Saya tidak terlalu memaksakan harus ke tempat-tempat iconic yang selalu dikunjungi turis. Saya lebih suka berjalan santai melihat ini itu yang tidak 'wah', cukup melihat orang-orang bercengkrama, mengamati cara mereka menikmati hari itu, juga jika saya sedang bersama partner saya lebih senang mengobrol tentang apapun. 

Di Pilies gatve ini saya juga hanyut dalam suasana sekitar, hingga terkadang masih lupa saya lagi berada di tempat yang tidak biasanya. Terlalu sibuk mengomentari hal-hal tidak penting, bertanya-tanya sendiri pertanyaan bodoh, juga bercanda receh dengan kawan saya semasa SMP ini. Jadi saya juga jadi lupa foto-foto yang banyak di jalan ini.

LITERATU GATVE

Masuk ke salah satu gang di Pilies Gatve, terdapat Literatu Gatve. Jalannya sempit dan tidak terlalu panjang. Di sepanjang dinding jalan tersebut, tertanam karya-karya seni dari seniman Lithuania. Ya, semacam gallery di dinding. Jadi ceritanya, di jalan ini pernah tinggal seorang penyair yang terkenal di Lithuania, Polandia, dan Belarusia. Karena itulah jalan ini dinamai Literatu atau Literatai (Literatur). Pembuatan open gallery ini merupakan proyek tahun 2008 oleh sekumpulan seniman Lithuania dengan tujuan menghidupkan kembali jalan ini. Begitu.

Literatu Gatve
Literatu Gatve
Literatu Gatve
Literatu Gatve
Anggap saja sebagai ganti saya tidak ke ARTJOG ya, hehehe. Walaupun jelas sekali suasana dan karya-karyanya tidak dapat disamakan apalagi dibandingkan. Intinya saya menikmati dan menyempatkan untuk mengamati pula tiap karyanya. Sok-sok mencari arti dan motivasi si seniman gitu kenapa bikin karya seperti itu. Hehe.

Ohya, ada yang istimewa di hari itu. Sebenarnya hari itu saya tidak hanya menikmati kota tua Vilnius. Saya juga menikmati rasa rindu sekaligus rasa lega telah menemui sesuatu yang lama hilang. Hari itu, saya menemukan diri saya.

Pembicaraan saya dan kawan saya tak hanya soal nostalgia masa SMP atau belokan-belokan kehidupan. Tak hanya soal si ini sudah sukses disini, si itu sudah lulus disitu, atau si apa sudah apa dimana. Jauh lebih penting, kawan saya menyadarkan hal penting yang saya rasa sudah saya lupakan sejak lama. Tentang sebuah identitas. Kembali menjadi diri saya, terlepas bagaimana lingkungan saya.

Hidup di lingkungan yang jauh berbeda dengan di Turi, tentu mengubah saya. Awalnya mengubah cara pikir, kebiasaan, dan akhirnya menjadi karakter. Awalnya saya bisa banget tuh nyapa duluan, setidaknya senyumin yang papasan mata waktu jalan, ngajak kenalan orang baru, peka kanan kiri, atau mendengarkan pendapat si ini dan si itu. Tapi lama-lama saya tidak betah juga untuk tetap seperti itu ketika lingkungannya tidak seperti itu. Jadi cuek dan dingin. Jadi tidak bisa basa-basi dan jadi tidak peduli. Jadi tidak bisa bergaul dan jadi merasa apa-apa harus bisa sendiri. Pokoknya, sumpah deh. Hari itu saya sedikit lebih bisa mengenali diri saya lagi, si orang Turi. Berkat kawan saya. Hehehe.

Perjalanan saya di Vilnius belum selesai. Ada satu tempat lagi yang memang dari awal menarik perhatian saya karena unik dan ajaib, yaitu Republik Uzupis. Iya, ada republik di ibukota. Tempat yang ternyata paling bikin saya ingat dan kangen Jogja, si kota unik dan ajaib juga.
June 12, 2018 No comments
Perjalanan saya berawal dari sebuah undangan basa-basi dari seorang kawan lama yang sedang menyelesaikan program Erasmusnya di Lithuania. Juga awalnya hanya jawaban basa-basi saya untuk mengiyakan datang kesana. Tapi setelah menimbang ini dan itu, akhirnya saya putuskan untuk merealisasikannya.

TERBANG KE VILNIUS

Saya cukup nekat ketika membeli tiket pesawat dari Köln/Bonn, Jerman ke Vilnius, Lithuania. Karena sebenarnya waktu itu adalah dua atau tiga minggu sebelum keberangkatan dan saya sama sekali belum menentukan rencana perjalanannya. Tidak tahu mau kemana, berapa lama, berapa biayanya dan apa saja yang harus saya persiapkan. Pokoknya beli saja dulu tiketnya mumpung murah.
Suasana Köln/Bonn Airport

Saya terbang selama dua jam dengan maskapai Ryan Air dengan harga tiket 25€ atau Rp 410.000 dengan kurs Rp 16.400. Saya tiba di Vilnius pada malam hari sekitar jam 23:00 setelah sebelumnya penerbangan ditunda selama satu jam. Ohya, ada perbedaan waktu Lithuania dengan Jerman yaitu satu jam (Duluan di Lithuania).

Saya masih ingat suasana bandara Vilnius malam itu. Area kedatangan tidak terlalu luas dengan atap yang cukup tinggi, dengan lampu yang tidak seterang bandara lain, juga dengan orang-orang yang tidak sebanyak di bandara lain. Lalu saya menemukan kawan lama saya di antara mereka, berdiri dengan canggung dan tersenyum melihat saya. Sejenak, saya merasa baru saja tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Sumpah.

BERMALAM DI HOSTEL

Karena tiba terlalu larut dan tidak sesuai jadwal, maka saya dan kawan saya sudah tidak kebagian jadwal bus. Artinya kami hanya punya pilihan jalan kaki atau naik taksi. Karena lokasi hostel yang jauh, akhirnya kawan saya memesan taksi untuk menjemput kami dan mengantarkan ke hostel yang sebelumnya sudah saya reservasi.

Perjalanan ke hostel sebenarnya cukup mengejutkan. Mungkin karena situasi dan penampakan jalanannya sangat jauh berbeda dengan Jerman. Lagi-lagi saya lupa soal Eropa, jalanan ini banyak mengingatkan saya dengan jalanan di Turi, Yogyakarta. Gelap, jarang pemukiman, sepi kendaraan, dan banyak pohon.

Lokasi hostel pun begitu. Lupakan soal Eropa, pintu pagar dan halamannya membuat saya merasa sedang di salah satu villa di Kaliurang, Yogyakarta. Begitu masuk dan menemukan meja resepsionis, saya baru sadar ini bukan di Jogja. Mas Bule sang resepsionis sedang pusing menjawab pertanyaan turis Rusia yang tidak bisa bahasa Inggris maupun bahasa Lithuania. Kami sampe ikut bengong nyimak pembicaraan mereka. Padahal paham pun tidak.

Hostel ini berada di daerah Uzupis. Saya menemukan hostel ini melalui Booking.com dengan harga 7€ per orang per malam atau Rp 115.000 dengan kurs Rp 16.400.  Harga ini sebenarnya cukup standar untuk kamar kami yang merupakan 6-Bed Dormitory Mixed Room. Jadi di dalam satu ruangan ada enam kasur yang bisa ditempati laki-laki maupun perempuan. Saya mendapatkan fasilitas satu kasur dalam mixed room, shared bathroom, dan wifi. Sebenarnya saya belum pernah berada di mixed room. Saya pernah di dormitory room juga tapi hanya ladies room, itupun sangat beruntung karena tidak ada turis lain selain saya dan teman-teman saya. Jadi, ini jadi salah satu pengalaman baru untuk saya juga. 

Bagian yang tidak menyenangkan memang selalu ada. Kami dapat roommate tiga orang turis yang tidak wangi jadi kamar ini juga jadi sangat tidak wangi. Kalau dilihat dari barang-barangnya, sepertinya memang mereka orang-orang yang melakukan aktifitas outdoor dan memproduksi banyak keringat, atau gampangnya sebut saja mereka pemanjat tebing.

Bagian yang tidak menyenangkan bagian dua adalah kamar mandinya. Kamar mandi yang berada di satu lantai dengan kamar kami cukup zonk. Ketika buka pintu, ada bapak-bapak yang sedang gosok gigi disitu cuma mengenakan handuk. Lantainya basah semua dan pintu kamar mandinya cuma sampai betis. Seharusnya memang kami harus siap dengan situasi seperti ini. Tapi karena merasa nggak benar aja gitu, maka kami mencoba mencari kamar mandi di lantai bawah. Daaan, ternyata ada kamar mandi khusus cewek. Selamatlah kami.

PAGI DI VILNIUS

Ketika matahari sudah muncul, saya baru bisa benar-benar melihat Vilnius. Halaman hostel dan jalanan depan hostel makin mirip dengan suasana Kaliurang, hanya saja terlalu panas. Cuaca cerah seperti yang sudah di perkirakan di hape kami. Kami berjalan sekitar 400 meter ke halte bus. Dari situ, kami langsung menuju old town.

Lithuania terbilang sangat murah untuk ukuran Eropa. Di Jerman, tiket bus untuk satu kali jalan adalah minimal 1,90€ atau Rp 32.000 tanpa ada potongan untuk mahasiswa, namun di Lithuania hanya 0,50€ untuk pelajar dan mahasiswa.

Vilnius Cathedral dan Bell Tower

Kami turun bus tepat di seberang Katedral yang merupakan start point old town. Dari depan sebenarnya saya juga bingung ini bangunan pakai gaya apa. Ditambah dengan patungnya yang ada di atap, baru kali ini saya melihat gereja yang seperti ini. Di Jerman, gereja dibangun tinggi memanjang, tidak banyak patung besar di bagian luar, juga jarang punya pilar tinggi besar di bagian depan.

Katedral inilah yang pertama kali membuat saya merasa bahwa saya harus lebih sering mengunjungi tempat asing lagi. Membuka diri dan pikiran untuk sesuatu yang sebelumnya tidak ada dalam bayangan saya. Saya kira saya merasa beruntung mendapatkan motivasi di awal perjalanan saya. Karena setelah dari katedral itu, perjalanan saya di Vilnius benar-benar baru dimulai dan jujur saja melebihi ekspektasi saya.
June 07, 2018 No comments


Kau adalah hujan.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, itulah saat kau melihat seteduh hati menghindari rintikanmu. Berlari kecil dan melompat hati-hati di sebuah Rabu yang hampir berlalu. Dari keningnya kau merasakan kecupanmu, dari matanya kau menemukan tatapanmu. Itulah saat kau melihat sekuncup takdir mekar dan mengakar dengan mau.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, itulah saat kau memutuskan untuk menceraikan awan, memanggil kemarau dan mulai menjalin rindu. Tidak perlu bertemu sewaktu-waktu, tidak perlu bercinta selama-lamanya, begitu katamu. Kau tak mau ia mendendam basah dan membenci mendungmu. Kau tak mau ia menjadi resah dan merasa terganggu. Itulah saat kau memutuskan untuk membiarkan ia menunggu dan berharap langit menjatuhkanmu.

Kau adalah hutan.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, itulah saat kau melihat nyala yang berapi-api mencekik ujung daunmu. Kau pikir hanya menggelitik, namun lama-lama menyengat naik ke tangkai tipismu. Ketangguhannya membuatmu tersipu, keganasannya membuatmu makin mau. Itulah saat kau menyadari resahmu dan lukamu membahagiakanmu.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, itulah saat kau mencoba menggadaikan rindangmu dengan sesak dari asapmu. Katamu kau bahagia meski belum melihat anakmu bercucu, katamu kau merasa sempurna meski tak semua akan mengenangmu. Kau merasa dicinta meski wujudnya semu, kau sempat mencinta meski kisahnya terdengar pilu. Dan ia yang menjadi definisi senandung jiwamu, nyatanya tak bisa juga jika tanpamu, ia ikut meregang nyawa bersamamu. Itulah saat bahagiamu terasa merdu. Begitu ujarmu.

Tapi lalu, kau bukanlah keduanya. Kau adalah kau, kau adalah kau. 

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, kau tak perlu menjadi hujan yang menahan rindu. Kau bisa datang dan menembus payung perempuanmu. Tak perlu bermain waktu untuk menyenangkan hati pemilik keteduhan itu. Ia nanti akan bangga dan mencintai tiap jatuhmu, lengkap dengan kelabu dan segala gemuruhmu.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, kau tak perlu menjadi hutan yang berkisah pilu. Kau bisa berbahagia dengan api yang jadi lenteramu. Yang membuat terang ketika bintang terlalu lelah untuk mengunjungimu, yang membuat hangat ketika pagi menarik selimutmu. Tak perlu kau kehilangan waktu untuk masa depanmu, ia akan menjadi ibu yang mencintai anak cucumu, ia akan menjadi istri yang punya banyak cinta untuk terus merawatmu.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, begitu pula aku kepadamu.
May 30, 2018 No comments


Aku iri kepada mereka. Yang bisa menikmati angka 22. Yang menikmati apa yang mereka coba. Yang melakukan apa yang mereka suka. Yang tiap malam bisa menertawai kehidupan bersama sahabatnya. Yang tiap sorenya habis untuk kekasihnya. Yang memiliki orang untuk diajak makan siang bersama. Yang sempat menyaksikan pagi masuk lewat jendelanya. Yang terlelap oleh playlist favoritnya. Yang bisa menikmati angka 22. Aku iri kepada mereka.

Kadang aku iri kepada mereka. Yang bahagia menyambut angka 23. Yang bisa terus melangkah sambil membanggakan dirinya. Yang sudah mampu membahagiakan orang terdekatnya. Yang sudah menemukan jalan untuk melanjutkan mimpinya. Yang bertekad untuk menyelesaikan tanggung jawabnya. Yang tetap berani menjadi dirinya. Yang mau menjalani apa yang di depan mata. Yang bahagia menyambut angka 23. Kadang aku iri kepada mereka.

Tapi, sering aku kehabisan waktu untuk melakukannya. Tak bisa meluangkan waktu untuk mencari apalagi yang terjadi dalam hidup mereka. Tak bisa menemukan waktu untuk membayangkan kehidupanku seperti milik mereka. Aku terlalu sibuk berusaha. Meski matamu juga belum mampu melihat hasilnya. Meski ragumu juga terus tumbuh dan menyesakkan dada.
May 24, 2018 No comments


Kepada Yang Maha Oke, tolong dengarkan sebentar saja. Manusia ini ingin mengatakan hal-hal sepele. Yang biasanya lalu-lalang di kepala. Yang lalu biasanya berlanjut menjadi permainan terka-menerka. Juga biasanya bahkan beranak-pinak hingga malam-malam berikutnya.

Kepada Yang Maha Oke, tolong dengarkan sebentar saja. Manusia ini masih saja tidak dewasa dan tidak bijaksana. Masih saja melakukan hal-hal yang tak disukai hatinya. Masih saja berpura-pura dan karenanya selalu membenci dirinya. Masih saja mengatakan hal yang sama tanpa mengubah sikapnya.

Kepada Yang Maha Oke, tolong dengarkan sebentar saja. Manusia ini ingin mengatakan hal-hal sepele. Yang biasanya lalu-lalang di kepala. tentang tidak mampu menua dengan sempurna. Tentang tdak dapat menghargai apa yang dia punya. Tentang tidak bisa pula melepaskan apa yang sudah jadi mimpinya.

Kepada Yang Maha Oke, tolong. Tolong sekali lagi, dengarkan sebentar saja. Nafas-nafas pendek yang tertahan sejak lama. Engah-engah yang terlepas dengar keras tapi tak ada yang menyadarinya. Tangis-tangis yang terlanjur jatuh namun mengering di detik berikutnya, hingga pipi bahkan tak sempat merasakan basahnya. Jeritan-jeritan benci untuk diri sendiri, hingga kadang hati tak mampu menanggungnya. Tolong, dengarkan saja. Agar setidaknya, manusia ini merasa ada mata yang selalu menatapnya.
May 24, 2018 No comments


Penyanyi: Figura Renata
Album: Figura Renata
Pencipta: Figura Renata

Lirik:

puisikan
bayang kelam
menantikan
geram genggam

bilamana dia datang
sedetikpun kembali pulang
biarkan berterus terang
hingga tenang

puisikan
semerbak hujan
merangsang ingatan
menggantikan kelam

puisikan
semerbak hujan
merangsang ingatan
menggantikan kelam

bersabarlah
sementara
biarkan sinarnya
selimuti raga
hingga kau merasa penat yang tak terbendung itu
terhilang dan sirna
dihempas sang surya
kini yang tersisa luapan samudera membiru
hingga tenang

biarkan sinarnya
selimuti raga
hingga kau merasa penat yang tak terbendung itu
terhilang dan sirna
dihempas sang surya
kini yang tersisa luapan samudera membiru

hingga tenang
hingga tenang

___

Sebenernya tahu lagu ini belum lama hahaha padahal udah album lama, tapi udah sempet dengerin lagu yang lain sebelumnya (Rasa dan Karsa, Mala). Disebut-sebut sih Figura Renata yang paling cocok menggantikan kepergian Banda Neira, walaupun ya pasti masing-masing punya sesuatu yang berbeda.

Saya bukan pengamat musik, haha. Belajar musik cuma dua semester di SMA. Itupun pegang drum yang nggak perlu ngerti not balok. LOL. Bukan juga pengikut setia band-band indie. Saya cuma mengandalkan kuping. Kalau kuping oke, masuk ke pikiran juga oke, ya saya juga oke. Hehe. Cuma nggak tau kenapa, memang nyantolnya selama ini ke musik-musik yang katanya bergenre indie, folks, sama alternative rock haha. Pokoknya asal asik buat chilling. Yang kalo didengerin sambil merem bisa seperti melambatkan tempo putaran dunia dan membuat kita merasakan ke tiap detik yang berlalu. Halah.

Oke, kembali ke lagu Hingga Tenang. Pertama nemu lagu ini pas lagi galau dan sendirian di perjalanan kereta dari kampus mau pulang ke rumah. Biasa, kan hobinya galau ya. Waktu itu winter belum kelar, tapi musim semi sudah colong-colong. Beberapa pohon sudah berdaun, beberapa lagi masih mengusahakan. Beberapa rumah sudah berhias bunga di halaman depannya, beberapa masih membiarkan winter berkemas. Dan ketika lagu ini masuk ke telinga, itu waktu lewat ladang luas banget yang ditumbuhi bunga kuning. Petikan gitarnya bikin merinding, euy. Memanggil semua yang tertahan di kepala. Dan nggak perlu merem untuk bisa merasa waktu melambat, dan mengingat setiap jeda detiknya.

Saya punya pemikiran sendiri mengenai lagu ini. Bagi saya, ini lagu yang akan saya nyanyikan untuk 'diri saya' sendiri yang sedang mengecil dan hampir menghilang di dalam sana. Maksudnya, saya selalu merasa semakin lama saya memiliki jarak dengan 'diri saya' yang 'sebenarnya', atau mungkin lebih tepatnya 'diri saya' yang 'seharusnya'. Saya merasa 'diri saya' makin mengecil di sudut yang tak terlihat, hingga mungkin sebentar lagi menghilang. Lagu ini seperti menyampaikan pesan bahwa saya harus membiarkan 'diri saya' perlahan menghadapi apa yang perlu dihadapi, menerima apa yang harus diterima, merelakan apa yang semestinya direlakan. Lalu, saya harus membiarkan 'diri saya' perlahan keluar dari persembunyiannya, keluar dari rasa bersalahnya, keluar dari rasa takutnya dan kembali pada saya. Hahaha maap ini ngomong apa ya.

Pokoknya gitu. Saya nggak tau ini tulisan macam apa, cuma ingin cerita aja. Yasudah. Hehe.
May 24, 2018 No comments
Newer Posts
Older Posts

About Me

Anggun Mayasari
View my complete profile

Instagram

Categories

  • LYRIC (4)
  • POETRY PROSE (34)
  • THOUGHT (3)
  • TRAVEL DIARY (3)

Blog Archive

  • ►  2019 (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  January (2)
  • ▼  2018 (29)
    • ▼  September (1)
      • Menjadi Hati yang Kau Jaga dan Kau Perjuangkan
    • ►  August (2)
      • Bertanya Kepada Logika
      • Hingga Doamu Habis Terkepung
    • ►  July (5)
      • Seperti Itulah Bagaimana Aku Mengingat Kotamu
      • Folder Biru
      • Satu Hari di Musim Penghujan
      • Seseorang Itu
      • Sebuah Rindu Kutanam di Matamu
    • ►  June (8)
      • Ceritakan Sesuatu - Elegi
      • Soal Bahagia
      • Hanya Satu
      • Menarilah Sendiriku - Angsa dan Serigala
      • Karena Kamu Cuma Satu
      • Lithuania Travel Diary: Vilnius Rasa Jogja #3
      • Lithuania Travel Diary: Vilnius Rasa Jogja #2
      • Lithuania Travel Diary: Vilnius Rasa Jogja #1
    • ►  May (6)
      • Ketika Kau Jatuh Secinta-Cintanya
      • Angka 23
      • Maha Oke
      • Hingga Tenang - Figura Renata
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2017 (2)
    • ►  July (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  October (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (1)

///

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates