Lithuania Travel Diary: Vilnius Rasa Jogja #3

by - June 19, 2018


Perbatasan Republik Uzupis dan Tasha

Republik Uzupis adalah bagian terakhir di Vilnius yang kami kunjungi. Republik Uzupis adalah bercandaan yang cukup lucu namun sekaligus sangat serius. Republik ini merupakan bohemian republik yang ada di Vilnius. Menyeberangi jembatan kecil di atas sungai Vilnia tersebut secara teknis menyatakan bahwa kami berada di republik yang berbeda. Hehehe.

Republik ini punya "aturan dan undang-undang" sendiri, tanggal kemerdekaan sendiri yakni 1 April dan punya logo sendiri. Masuk di area Republik Uzupis ini, fix membuat saya ingat Jogja. Vibe nya, uniknya, senyum orang-orangnya, namun pada saat yang sama juga menunjukkan identitasnya dengan tegas.

THE UZUPIS CONSTITUTION

Tempat pertama di Uzupis yang kami datangi adalah sebuah tembok yang dipenuhi dengan papan logam berisi undang-undang Republik Uzupis dalam 26 bahasa. Kalau membaca undang-undangnya pasti meringis tertawa sekaligus dalam hati bilang "iya juga ya". Menurut saya, undang-undang ini sangat manusiawi dan bikin saya merasa somehow sebenarnya saya punya hak-hak itu juga.

Undang-undang yang saya suka adalah "Everyone has the right to be undistinguished and unkown", "Everyone has the right to understand nothing" dan "Sometimes everyone has the right to be unaware of thier duties". Hehehe.

Sayangnya hari itu lumayan ramai di spot ini, kami hanya mampir sebentar dan saya lupa mengambil foto hehe. 

Sumber Lonely Planet

Dokumentasi Tasha

UZUPIS ANGEL

Tidak jauh dari dinding konstitusi itu, ada satu patung malaikat yang sedang meniup semacam terompet. Patung ini adalah simbol atau maskot dari Republik Uzupis.
Uzupis Angel

Uzupis Angel versi postcard

ART GALLERY DI UZUPIS
 
Karena Republik Uzupis adalah adalah sebuah republik penuh dengan seniman, art gallery maupun art store cukup banyak disini. Salah satu art gallery yang saya kunjungi adalah Uzupis Art Incubator. Di Uzupis Art Incubator, tidak hanya ada gallery namun juga terdapat local shop dan halaman gallery yang juga dijadikan tempat pameran. Sayangnya gallery yang di dalam situ sedang tutup karena waktu itu adalah hari minggu. Akhirnya kami hanya mampir di local shop nya. 

Local shop
Tapi ada yang menarik di tempat ini. Pertama, seperti yang sudah saya kira, pasti isinya souvenir yang desainnya tidak mainstream. Dan benar saja. Saya kalap akhirnya disitu, beli dua postcard dan satu totebag. Hehehe.

Totebag Lithuania

Kedua, saya cukup kaget ketika lagi bayar dan mbak kasir memulai obrolan. Dia menanyakan tentang jilbab. Awalnya dia tanya nama barang yang saya pakai untuk tutup kepala, lalu dia bertanya juga apakah saya baik-baik saja memakai jilbab itu (maksudnya reaksi orang lain bagaimana). 

Sebenarnya sejak saya jalan-jalan di kota tua, saya sudah menyadari sesuatu. Saya tidak menemukan orang lain yang menggunakan jilbab selain saya dan kawan saya. Hari itu, hanya saya dan kawan saya yang keliling kota pakai jilbab hehehe. Sebenarnya ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan situasi di Jerman. Jerman sudah jadi tempat tinggal kedua bagi orang-orang Turki. Juga jadi penampung terbanyak pengungsi Syria juga Afghanistan. Sangat biasa kemana-mana melihat orang berjilbab. Tapi di Vilnius, sebuah ibukota negara yang tidak terlalu jauh juga dari Jerman, tidak ditemukan orang berjilbab.

Obrolan dengan mbak kasir berlangsung cukup lama, dan sejujurnya juga cukup menyenangkan. Saya lebih baik ditanyai begitu secara langsung daripada diliatin dengan tidak santai.

Local shop

Local shop

Hal menarik ketiga di local shop ini adalah kami bisa mendapat cap Republik Uzupis di paspor! Bercandanya serius banget pokoknya.

Cap di paspor


Dan keempat, kami sangat kaget waktu kami bertemu seorang bapak-bapak bule yang memakai baju "Bukit Tinggi" di local shop ini. Setelah mengobrol sedikit, ternyata beliau berasal dari Jerman, tinggal di Malaysia dan Singapura, sering ke Indonesia, dan sedang liburan di Lithuania. Beliau juga menceritakan tentang Bukit Tinggi dan Sumatera yang mlaah belum pernah kami kunjungi. Cukup aneh dan unik memang, tapi gimana lagi ternyata memang ada situasi seperti ini. Hehehe.

NGOPI DI UZUPIS

Setelah membiarkan kulit gosong, kami mampir ke sebuah kedai kopi di Uzupis. Sebenarnya tempatnya biasa saja, seperti kedai kopi di Jogja pada umumnya. Tapi mungkin karena vibenya masih terbawa bahagia, saya sangat menikmatinya.

Mbaknya sadar kamera

Adeknya juga
JALANAN DI UZUPIS

Sebenarnya cukup banyak bangunan unik atau street art yang kami jumpai selama berjalan-jalan di Uzupis. Namun sayangnya kami terlalu menikmati dan akhirnya hanya beberapa yang tersimpan dalam bentuk foto. Hehe.
Jalanan di Uzupis

Jalanan di Uzupis

Jalanan di Uzupis
Jalanan di Uzupis
Sejujurnya di Uzupis inilah saya merasa sangat familiar dengan tempat-tempat dan orang-orangnya. Saya begitu menikmatinya karena benar-benar suasananya mengingatkan saya dengan kota favorit saya: Jogja.

Satu hal lagi. Entah mengapa selepas saya mengunjungi Uzupis ini saya juga merasa familiar dengan diri saya sendiri. Dimulai ketika saya membaca undang-undang Uzupis yang mengingatkan saya bagaimana seharusnya saya hidup: saya hanya perlu menikmatinya. Juga dengan cara mereka menghidupkan Uzupis yang sesuka hati, justru membuat orang nyaman. Saya rasa manusia tidak perlu sempurna dan harus selalu baik-baik saja. Tak perlu menunggu semuanya "teratur pada tempatnya" untuk sekedar bersyukur dan menikmati hidup. 

Perjalanan saya di Vilnius tak hanya membawa saya pulang ke Jogja, tapi juga membuat saya mau kembali melihat diri saya sendiri. Saya sangat bersyukur waktu itu sudah memutuskan membeli tiket pesawat dengan nekatt dan benar-benar datang ke tempat ini. Setidaknya, ada kesempatan saya bisa mendapatkan diri saya lagi.

You May Also Like

0 comments