Lithuania Travel Diary: Vilnius Rasa Jogja #1

by - June 07, 2018

Perjalanan saya berawal dari sebuah undangan basa-basi dari seorang kawan lama yang sedang menyelesaikan program Erasmusnya di Lithuania. Juga awalnya hanya jawaban basa-basi saya untuk mengiyakan datang kesana. Tapi setelah menimbang ini dan itu, akhirnya saya putuskan untuk merealisasikannya.

TERBANG KE VILNIUS

Saya cukup nekat ketika membeli tiket pesawat dari Köln/Bonn, Jerman ke Vilnius, Lithuania. Karena sebenarnya waktu itu adalah dua atau tiga minggu sebelum keberangkatan dan saya sama sekali belum menentukan rencana perjalanannya. Tidak tahu mau kemana, berapa lama, berapa biayanya dan apa saja yang harus saya persiapkan. Pokoknya beli saja dulu tiketnya mumpung murah.
Suasana Köln/Bonn Airport

Saya terbang selama dua jam dengan maskapai Ryan Air dengan harga tiket 25€ atau Rp 410.000 dengan kurs Rp 16.400. Saya tiba di Vilnius pada malam hari sekitar jam 23:00 setelah sebelumnya penerbangan ditunda selama satu jam. Ohya, ada perbedaan waktu Lithuania dengan Jerman yaitu satu jam (Duluan di Lithuania).

Saya masih ingat suasana bandara Vilnius malam itu. Area kedatangan tidak terlalu luas dengan atap yang cukup tinggi, dengan lampu yang tidak seterang bandara lain, juga dengan orang-orang yang tidak sebanyak di bandara lain. Lalu saya menemukan kawan lama saya di antara mereka, berdiri dengan canggung dan tersenyum melihat saya. Sejenak, saya merasa baru saja tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Sumpah.

BERMALAM DI HOSTEL

Karena tiba terlalu larut dan tidak sesuai jadwal, maka saya dan kawan saya sudah tidak kebagian jadwal bus. Artinya kami hanya punya pilihan jalan kaki atau naik taksi. Karena lokasi hostel yang jauh, akhirnya kawan saya memesan taksi untuk menjemput kami dan mengantarkan ke hostel yang sebelumnya sudah saya reservasi.

Perjalanan ke hostel sebenarnya cukup mengejutkan. Mungkin karena situasi dan penampakan jalanannya sangat jauh berbeda dengan Jerman. Lagi-lagi saya lupa soal Eropa, jalanan ini banyak mengingatkan saya dengan jalanan di Turi, Yogyakarta. Gelap, jarang pemukiman, sepi kendaraan, dan banyak pohon.

Lokasi hostel pun begitu. Lupakan soal Eropa, pintu pagar dan halamannya membuat saya merasa sedang di salah satu villa di Kaliurang, Yogyakarta. Begitu masuk dan menemukan meja resepsionis, saya baru sadar ini bukan di Jogja. Mas Bule sang resepsionis sedang pusing menjawab pertanyaan turis Rusia yang tidak bisa bahasa Inggris maupun bahasa Lithuania. Kami sampe ikut bengong nyimak pembicaraan mereka. Padahal paham pun tidak.

Hostel ini berada di daerah Uzupis. Saya menemukan hostel ini melalui Booking.com dengan harga 7€ per orang per malam atau Rp 115.000 dengan kurs Rp 16.400.  Harga ini sebenarnya cukup standar untuk kamar kami yang merupakan 6-Bed Dormitory Mixed Room. Jadi di dalam satu ruangan ada enam kasur yang bisa ditempati laki-laki maupun perempuan. Saya mendapatkan fasilitas satu kasur dalam mixed room, shared bathroom, dan wifi. Sebenarnya saya belum pernah berada di mixed room. Saya pernah di dormitory room juga tapi hanya ladies room, itupun sangat beruntung karena tidak ada turis lain selain saya dan teman-teman saya. Jadi, ini jadi salah satu pengalaman baru untuk saya juga. 

Bagian yang tidak menyenangkan memang selalu ada. Kami dapat roommate tiga orang turis yang tidak wangi jadi kamar ini juga jadi sangat tidak wangi. Kalau dilihat dari barang-barangnya, sepertinya memang mereka orang-orang yang melakukan aktifitas outdoor dan memproduksi banyak keringat, atau gampangnya sebut saja mereka pemanjat tebing.

Bagian yang tidak menyenangkan bagian dua adalah kamar mandinya. Kamar mandi yang berada di satu lantai dengan kamar kami cukup zonk. Ketika buka pintu, ada bapak-bapak yang sedang gosok gigi disitu cuma mengenakan handuk. Lantainya basah semua dan pintu kamar mandinya cuma sampai betis. Seharusnya memang kami harus siap dengan situasi seperti ini. Tapi karena merasa nggak benar aja gitu, maka kami mencoba mencari kamar mandi di lantai bawah. Daaan, ternyata ada kamar mandi khusus cewek. Selamatlah kami.

PAGI DI VILNIUS

Ketika matahari sudah muncul, saya baru bisa benar-benar melihat Vilnius. Halaman hostel dan jalanan depan hostel makin mirip dengan suasana Kaliurang, hanya saja terlalu panas. Cuaca cerah seperti yang sudah di perkirakan di hape kami. Kami berjalan sekitar 400 meter ke halte bus. Dari situ, kami langsung menuju old town.

Lithuania terbilang sangat murah untuk ukuran Eropa. Di Jerman, tiket bus untuk satu kali jalan adalah minimal 1,90€ atau Rp 32.000 tanpa ada potongan untuk mahasiswa, namun di Lithuania hanya 0,50€ untuk pelajar dan mahasiswa.

Vilnius Cathedral dan Bell Tower

Kami turun bus tepat di seberang Katedral yang merupakan start point old town. Dari depan sebenarnya saya juga bingung ini bangunan pakai gaya apa. Ditambah dengan patungnya yang ada di atap, baru kali ini saya melihat gereja yang seperti ini. Di Jerman, gereja dibangun tinggi memanjang, tidak banyak patung besar di bagian luar, juga jarang punya pilar tinggi besar di bagian depan.

Katedral inilah yang pertama kali membuat saya merasa bahwa saya harus lebih sering mengunjungi tempat asing lagi. Membuka diri dan pikiran untuk sesuatu yang sebelumnya tidak ada dalam bayangan saya. Saya kira saya merasa beruntung mendapatkan motivasi di awal perjalanan saya. Karena setelah dari katedral itu, perjalanan saya di Vilnius benar-benar baru dimulai dan jujur saja melebihi ekspektasi saya.

You May Also Like

0 comments