Powered by Blogger.

SANDWICH TOAST

Feelings and thoughts of mine



Kau adalah hujan.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, itulah saat kau melihat seteduh hati menghindari rintikanmu. Berlari kecil dan melompat hati-hati di sebuah Rabu yang hampir berlalu. Dari keningnya kau merasakan kecupanmu, dari matanya kau menemukan tatapanmu. Itulah saat kau melihat sekuncup takdir mekar dan mengakar dengan mau.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, itulah saat kau memutuskan untuk menceraikan awan, memanggil kemarau dan mulai menjalin rindu. Tidak perlu bertemu sewaktu-waktu, tidak perlu bercinta selama-lamanya, begitu katamu. Kau tak mau ia mendendam basah dan membenci mendungmu. Kau tak mau ia menjadi resah dan merasa terganggu. Itulah saat kau memutuskan untuk membiarkan ia menunggu dan berharap langit menjatuhkanmu.

Kau adalah hutan.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, itulah saat kau melihat nyala yang berapi-api mencekik ujung daunmu. Kau pikir hanya menggelitik, namun lama-lama menyengat naik ke tangkai tipismu. Ketangguhannya membuatmu tersipu, keganasannya membuatmu makin mau. Itulah saat kau menyadari resahmu dan lukamu membahagiakanmu.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, itulah saat kau mencoba menggadaikan rindangmu dengan sesak dari asapmu. Katamu kau bahagia meski belum melihat anakmu bercucu, katamu kau merasa sempurna meski tak semua akan mengenangmu. Kau merasa dicinta meski wujudnya semu, kau sempat mencinta meski kisahnya terdengar pilu. Dan ia yang menjadi definisi senandung jiwamu, nyatanya tak bisa juga jika tanpamu, ia ikut meregang nyawa bersamamu. Itulah saat bahagiamu terasa merdu. Begitu ujarmu.

Tapi lalu, kau bukanlah keduanya. Kau adalah kau, kau adalah kau. 

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, kau tak perlu menjadi hujan yang menahan rindu. Kau bisa datang dan menembus payung perempuanmu. Tak perlu bermain waktu untuk menyenangkan hati pemilik keteduhan itu. Ia nanti akan bangga dan mencintai tiap jatuhmu, lengkap dengan kelabu dan segala gemuruhmu.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, kau tak perlu menjadi hutan yang berkisah pilu. Kau bisa berbahagia dengan api yang jadi lenteramu. Yang membuat terang ketika bintang terlalu lelah untuk mengunjungimu, yang membuat hangat ketika pagi menarik selimutmu. Tak perlu kau kehilangan waktu untuk masa depanmu, ia akan menjadi ibu yang mencintai anak cucumu, ia akan menjadi istri yang punya banyak cinta untuk terus merawatmu.

Ketika kau jatuh secinta-cintanya, begitu pula aku kepadamu.
May 30, 2018 No comments


Aku iri kepada mereka. Yang bisa menikmati angka 22. Yang menikmati apa yang mereka coba. Yang melakukan apa yang mereka suka. Yang tiap malam bisa menertawai kehidupan bersama sahabatnya. Yang tiap sorenya habis untuk kekasihnya. Yang memiliki orang untuk diajak makan siang bersama. Yang sempat menyaksikan pagi masuk lewat jendelanya. Yang terlelap oleh playlist favoritnya. Yang bisa menikmati angka 22. Aku iri kepada mereka.

Kadang aku iri kepada mereka. Yang bahagia menyambut angka 23. Yang bisa terus melangkah sambil membanggakan dirinya. Yang sudah mampu membahagiakan orang terdekatnya. Yang sudah menemukan jalan untuk melanjutkan mimpinya. Yang bertekad untuk menyelesaikan tanggung jawabnya. Yang tetap berani menjadi dirinya. Yang mau menjalani apa yang di depan mata. Yang bahagia menyambut angka 23. Kadang aku iri kepada mereka.

Tapi, sering aku kehabisan waktu untuk melakukannya. Tak bisa meluangkan waktu untuk mencari apalagi yang terjadi dalam hidup mereka. Tak bisa menemukan waktu untuk membayangkan kehidupanku seperti milik mereka. Aku terlalu sibuk berusaha. Meski matamu juga belum mampu melihat hasilnya. Meski ragumu juga terus tumbuh dan menyesakkan dada.
May 24, 2018 No comments


Kepada Yang Maha Oke, tolong dengarkan sebentar saja. Manusia ini ingin mengatakan hal-hal sepele. Yang biasanya lalu-lalang di kepala. Yang lalu biasanya berlanjut menjadi permainan terka-menerka. Juga biasanya bahkan beranak-pinak hingga malam-malam berikutnya.

Kepada Yang Maha Oke, tolong dengarkan sebentar saja. Manusia ini masih saja tidak dewasa dan tidak bijaksana. Masih saja melakukan hal-hal yang tak disukai hatinya. Masih saja berpura-pura dan karenanya selalu membenci dirinya. Masih saja mengatakan hal yang sama tanpa mengubah sikapnya.

Kepada Yang Maha Oke, tolong dengarkan sebentar saja. Manusia ini ingin mengatakan hal-hal sepele. Yang biasanya lalu-lalang di kepala. tentang tidak mampu menua dengan sempurna. Tentang tdak dapat menghargai apa yang dia punya. Tentang tidak bisa pula melepaskan apa yang sudah jadi mimpinya.

Kepada Yang Maha Oke, tolong. Tolong sekali lagi, dengarkan sebentar saja. Nafas-nafas pendek yang tertahan sejak lama. Engah-engah yang terlepas dengar keras tapi tak ada yang menyadarinya. Tangis-tangis yang terlanjur jatuh namun mengering di detik berikutnya, hingga pipi bahkan tak sempat merasakan basahnya. Jeritan-jeritan benci untuk diri sendiri, hingga kadang hati tak mampu menanggungnya. Tolong, dengarkan saja. Agar setidaknya, manusia ini merasa ada mata yang selalu menatapnya.
May 24, 2018 No comments


Penyanyi: Figura Renata
Album: Figura Renata
Pencipta: Figura Renata

Lirik:

puisikan
bayang kelam
menantikan
geram genggam

bilamana dia datang
sedetikpun kembali pulang
biarkan berterus terang
hingga tenang

puisikan
semerbak hujan
merangsang ingatan
menggantikan kelam

puisikan
semerbak hujan
merangsang ingatan
menggantikan kelam

bersabarlah
sementara
biarkan sinarnya
selimuti raga
hingga kau merasa penat yang tak terbendung itu
terhilang dan sirna
dihempas sang surya
kini yang tersisa luapan samudera membiru
hingga tenang

biarkan sinarnya
selimuti raga
hingga kau merasa penat yang tak terbendung itu
terhilang dan sirna
dihempas sang surya
kini yang tersisa luapan samudera membiru

hingga tenang
hingga tenang

___

Sebenernya tahu lagu ini belum lama hahaha padahal udah album lama, tapi udah sempet dengerin lagu yang lain sebelumnya (Rasa dan Karsa, Mala). Disebut-sebut sih Figura Renata yang paling cocok menggantikan kepergian Banda Neira, walaupun ya pasti masing-masing punya sesuatu yang berbeda.

Saya bukan pengamat musik, haha. Belajar musik cuma dua semester di SMA. Itupun pegang drum yang nggak perlu ngerti not balok. LOL. Bukan juga pengikut setia band-band indie. Saya cuma mengandalkan kuping. Kalau kuping oke, masuk ke pikiran juga oke, ya saya juga oke. Hehe. Cuma nggak tau kenapa, memang nyantolnya selama ini ke musik-musik yang katanya bergenre indie, folks, sama alternative rock haha. Pokoknya asal asik buat chilling. Yang kalo didengerin sambil merem bisa seperti melambatkan tempo putaran dunia dan membuat kita merasakan ke tiap detik yang berlalu. Halah.

Oke, kembali ke lagu Hingga Tenang. Pertama nemu lagu ini pas lagi galau dan sendirian di perjalanan kereta dari kampus mau pulang ke rumah. Biasa, kan hobinya galau ya. Waktu itu winter belum kelar, tapi musim semi sudah colong-colong. Beberapa pohon sudah berdaun, beberapa lagi masih mengusahakan. Beberapa rumah sudah berhias bunga di halaman depannya, beberapa masih membiarkan winter berkemas. Dan ketika lagu ini masuk ke telinga, itu waktu lewat ladang luas banget yang ditumbuhi bunga kuning. Petikan gitarnya bikin merinding, euy. Memanggil semua yang tertahan di kepala. Dan nggak perlu merem untuk bisa merasa waktu melambat, dan mengingat setiap jeda detiknya.

Saya punya pemikiran sendiri mengenai lagu ini. Bagi saya, ini lagu yang akan saya nyanyikan untuk 'diri saya' sendiri yang sedang mengecil dan hampir menghilang di dalam sana. Maksudnya, saya selalu merasa semakin lama saya memiliki jarak dengan 'diri saya' yang 'sebenarnya', atau mungkin lebih tepatnya 'diri saya' yang 'seharusnya'. Saya merasa 'diri saya' makin mengecil di sudut yang tak terlihat, hingga mungkin sebentar lagi menghilang. Lagu ini seperti menyampaikan pesan bahwa saya harus membiarkan 'diri saya' perlahan menghadapi apa yang perlu dihadapi, menerima apa yang harus diterima, merelakan apa yang semestinya direlakan. Lalu, saya harus membiarkan 'diri saya' perlahan keluar dari persembunyiannya, keluar dari rasa bersalahnya, keluar dari rasa takutnya dan kembali pada saya. Hahaha maap ini ngomong apa ya.

Pokoknya gitu. Saya nggak tau ini tulisan macam apa, cuma ingin cerita aja. Yasudah. Hehe.
May 24, 2018 No comments


Penyanyi: Fourtwnty
Album: Lelaku
Pencipta: Ari Lesmana

Lirik:

lepaskanlah apa yang kau rasa
jingga menyala warna langitnya
saat senja, saat senja memanjakan kita

duduk bersama
diskusi rasa
saat senja, saat senja
bertukar cerita

ceritakan masalahmu teman
lepaskanlah apa yang kau rasakan

masih disini
dan tetap disini
lewati senja
berganti malam
diskusi sampai di sini

jangan tenggelam
di dalam masa-masamu yang kelam
dan percayalah
roda pasti berputar
cahaya terang datang

aku di sini
tempat berbagi
saat senang, saat susah

ku tetap di sini

___
May 09, 2018 No comments


Aku pandai dalam membuat garis, menebalkannya, dan membuat semua orang tak mau mendekatinya. Aku juga pandai melempar dadu, setinggi-tingginya, hingga semua orang lupa sisi mana yang ditebaknya. Ada satu hari, dimana aku menyadari itu semua. Ketika tidak ada lagi yang duduk disana, ketika tidak ada lagi yang mengetuk pintu ujung mata. Hanya tinggal aku dan sendirimu yang tertahan di dada.

Aku pandai membelah rasa, membaginya menjadi beberapa, hingga tak ada yang mau menerimanya. Aku juga pandai meninggalkan manusia, menyakitinya, dan melihat mereka tersiksa dengan seksama. Ada satu hari, dimana aku menyadari itu semua. Ketika hujan hanya jatuh dari mata, ketika hati hanya terus terluka. Hanya tersisa aku dan sendirimu yang tak tahan lagi ada di dada.

Aku pandai bermain kata, memutar-balikkan yang sebenarnya, dan membuat semua orang tertipu karenanya. Aku juga pandai menyesalinya, tak bisa menyalahkan sebuah nama, hingga mau tak mau harus menanggungnya. Aku sudah menyadarinya sejak lama. Itulah mengapa, aku mulai membuat garis di antara kita, agar tak perlulah kita membuat cerita. Itulah sebabnya, aku mulai melempar dadu sejauh-jauhnya, agar tak perlulah kita memulai permainannya. Itulah mengapa, aku mulai membelah setiap apa yang kurasa, agar tak perlulah kita memihak cinta. Itulah sebabnya, pada akhirnya aku mulai meninggalkan manusia, agar tak perlulah kita bertemu dan merasa sangat ingin bersama.

Aku pandai melakukan banyak hal. Hanya saja, aku lebih berharap agar aku juga pandai mengakhirinya.
May 03, 2018 No comments
Newer Posts
Older Posts

About Me

Anggun Mayasari
View my complete profile

Instagram

Categories

  • LYRIC (4)
  • POETRY PROSE (34)
  • THOUGHT (3)
  • TRAVEL DIARY (3)

Blog Archive

  • ►  2019 (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  January (2)
  • ▼  2018 (29)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (5)
    • ►  June (8)
    • ▼  May (6)
      • Ketika Kau Jatuh Secinta-Cintanya
      • Angka 23
      • Maha Oke
      • Hingga Tenang - Figura Renata
      • Diskusi Senja - Fourtwnty
      • Agar Tak Perlulah Kita Memihak Cinta
    • ►  April (4)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2017 (2)
    • ►  July (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2016 (9)
    • ►  October (3)
    • ►  July (5)
    • ►  June (1)

///

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates