Jadi Seperti Inilah Cerita Tanpa Kata-kata

by - July 16, 2016



Kita belum sempat berbicara. Kau bahkan belum sempat mengucapkan salam ketika pertama kali mengetuk pintu depan. Kala itu aku tengah dibuai malam, meresapi pesan-pesan dari bintang yang dibawa angin selatan. Akupun belum selesai mengartikan semuanya ketika aku mempersilakanmu untuk masuk dan berjalan mendekat.

Kita tak berbicara. Pun waktu itu ketika kau membuka kemejamu di depanku dan memperlihatkan luka di punggungmu. Kau tunjukkan pula tulang-tulangmu yang patah, kulit-kulit yang memerah. Benar di beberapa kesempatan mata kita bertemu. Aku masih ingat matamu. Mata yang berbinar ketika diterpa sinar bulan. Mata yang ingin berkata-kata. Tapi tetap saja, kita tak pernah berbicara. Kau tak pernah mengatakannya.

Kita benar-benar tak pernah berbicara. Bahkan ketika suap demi suap membuatmu sembuh, ketika teguk demi teguk menguatkanmu, hingga ketika langkah-langkah barumu mulai meninggalkan pintu itu. Bahkan kau tak pernah mengatakannya, hingga datang pagi-pagi selanjutnya tanpamu di depan pintu lagi.

Kita tak pernah berbicara. Kau tak pernah sanggup mengatakannya. Akupun tak berani menanyakannya. Lalu masih layakkah kita disebut bercinta jika hanya mata kita yang saling bercumbu? Masih pantaskah kita disebut pecinta jika semua kata-kata cinta hanya berbicara di dalam kepala kita?

Pagi tadi aku baru menyadarinya. Kau bukan pergi meninggalkanku. Dari awal kau memang tak berniat memintaku untuk menemanimu terbang. Kau datang untuk meminta pertolongan. Hingga ketika sayap-sayap itu sembuh, kau pulang.

Jadi seperti inilah cerita tanpa kata-kata. Karena ternyata memang tak ada yang perlu dikatakan

You May Also Like

0 comments