Bagaimana Rasanya Hidup di Jerman? #sharing

by - July 18, 2017



Banyak orang menanyakan bagaimana rasanya hidup di jerman. Tentu menurut mereka ini pertanyaan mudah dan dangkal, kadang hanya pertanyaan basa-basi. Tapi bagi saya, pertanyaan ini selalu mengingatkan saya tentang bagaimana saya melewati empat tahun terberat dalam hidup saya. Banyak hal yang terjadi, banyak pemikiran dan pelajaran hidup yang mau tidak mau akhirnya membentuk saya menjadi saya yang sekarang ini.

Pergi ke jerman ternyata adalah keputusan terbesar yang mengubah hidup saya. Waktu itu memang sebuah mimpi untuk melanjutkan studi di luar negeri. Tapi sekarang, ini bukan hanya sekedar perjalanan melanjutkan studi. Pula mimpi ternyata berkembang jauh lebih besar lagi. Ini menjadi bagian dari perjalanan menjadi diri sendiri, menjadi pemilik hidup ini.

Saya baru benar-benar memahami bahwa saya berhak atas hidup saya setelah saya hidup disini. Hanya saya yang menentukan, hanya saya yang memutuskan, dan saya pula yang menjalani pilihan-pilihan yang saya buat sekaligus menerima setiap konsekuensinya. Tidak ada yang bisa diandalkan selain diri saya, tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah saya selain diri saya. Belajar perlahan mengubah keluh kesah menjadi pemikiran untuk mencari solusi, belajar menahan diri untuk tidak menyerah dan bangkit kembali. Harus memikirkan sendiri bagaimana membagi porsi; untuk memenuhi janji, untuk menyenangkan hati sendiri.

Perjalanan ini tidak lagi tentang harus cepat lulus dan melanjutkan studi ke negeri yang lebih jauh lagi. Tidak lagi tentang harus mengabulkan keinginan-keingian orang lain. Tidak lagi tentang harus memenuhi ekspektasi manusia-manusia yang bahkan tidak berpengaruh di hidup saya. Tidak lagi tentang harus menjadi idola yang dibangga-banggakan dimana-mana. Perjalanan ini lebih dari sekedar membahagiakan mereka. Perjalanan ini tentang saya mengenali siapa saya, tentang saya menjalani hidup saya, dan tentang saya mencari kebahagiaan untuk saya. Saya berhak atas hidup saya.

Tentu saja prosesnya tidak mudah, tapi tidak pernah pula saya menyesalinya. Saya merasa beruntung masa muda saya habis untuk mengeksplorasi diri sendiri, untuk memiliki mimpi, untuk menjalani kehidupan yang sangat berbeda, untuk membuka mata dan pikiran selebar-lebarnya. Saya merasa beruntung saya melewati hal-hal sulit yang membuat saya semakin kuat, semakin berani, dan semakin membuat saya memahami hal-hal yang sebelumnya saya nilai hanya dengan benar atau salah.

Empat tahun ternyata masih sangat kurang untuk benar-benar membangun diri. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan di kepala, masih banyak hal-hal yang harus diperbaiki, dan mimpi terus saja tumbuh dan berkembang. Masih selalu ada yang lebih menginspirasi, masih selalu ada yang harus dipelajari. Intinya, meski disini nggak seenak yang dibayangkan tapi tetap saja, disinilah saya menemukan diri saya.

Jadi, jika orang-orang bertanya bagaimana rasanya hidup disini, jawaban saya adalah "Berat, tapi saya menikmatinya."

You May Also Like

0 comments